Dalam Musyawarah Wilayah (Muswil) Ikatan Seni Hadrah Indonesia (Ishari) NU Jawa Timur menetapkan KH Mahmud al-Husori sebagai Rais Majelis Hadi dan Kiai M Nuruddin untuk Ketua Tanfidzi.
Ketua terpilih mengajak semua pihak bersama membangun Ishari NU Jatim. “Karena Ishari NU Jatim menjadi barometer Ishari secara nasional,” kata Kiai M Nuruddin, Sabtu (29/12).
Dalam pandangannya, Ishari adalah badan otonom atau banom NU termuda. “Ishari resmi menjadi banom pada Muktamar ke-33 NU di Jombang,” jelasnya.
Dirinya juga menginisiasi musyawarah tingkat nasional sehingga Ishari memiliki Rais Majelis Hadi dan Ketua Umum di tingkat pusat. “Maka dari itu Ishari NU Jatim menjadi percontohan skala nasional,” kata Kiai Nuruddin setelah ditetapkan sebagai Ketua Tanfidzi di Pesantren Sunan Kalijogo, Malang.
Dalam lima tahun masa khidmatnya yakni dari 2018 hingga 2023, Kiai Nuruddin akan terus merajut ukhuwah dalam kemandirian jamiyah. Ishari NU Jatim ke depan akan berdiri dengan kaki sendiri dan terus memberikan kemanfaatan kepada anggota Ishari.
“Kami bertekad akan menjadi banom NU seperti lainnya, meskipun kami masih baru,” tegasnya.
Selain itu, Kiai Nuruddin memiliki keinginan memperjuangkan Ishari sebagai budaya Jawa Timur. “Kalau di Aceh bangga dengan tarian saman, maka Jawa Timur juga punya Ishari yakni perbaduan hadrah dengan seni akan menjadi budaya khas nusantara,” jelasnya.
Dirinya mendorong Pemerintah Provinsi Jawa Timur bahwa Ishari adalah budaya asli Jawa Timur sehingga bisa mendapatkan pengakuan. “Tidak hanya pengakuan, Jawa Timur akan bershalawat setiap saat bersama Ishari,” urai Kiai Nuruddin.
Selain itu, dirinya akan terus menggalakkan demi melestarikan budaya warisan ulama nusantara tersebut. Awalnya bacaan shalawat yang dibingkai dengan seni ini menjadi perekat bagi masyarakat. “Memang Ishari ini dalam membaca shalawat terlihat biasa, tapi kalau sudah diresapi akan terhanyut dalam bacaannya. Inilah nantinya yang akan kami teruskan kepada generasi muda,” tuturnya.
Ia mengakui, membaca shalawat dengan paduan antara Jawa dan Timur Tengah ini memang sulit, khususnya bagi mereka yang tidak memahami. “Tugas kami memberikan pemahaman kepada anak muda membaca shalwat dengan perpaduan Jawa dan Timur Tengah,” tutupnya. (Rof Maulana/Ibnu Nawawi)
Sumber:
http://www.nu.or.id/post/read/101027/ketua-ishari-nu-jatim-bertekad-lestarikan-budaya-ulama-nusantara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar